Jakarta, Mediatrans.id– Industri pelayaran nasional saat ini berada dalam situasi yang menantang. Di satu sisi, sektor ini terkena dampak dari meningkatnya tensi perang dagang global yang dipicu pengumuman tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Namun di sisi lain, kondisi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengambil peran strategis di kawasan. Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk, Bani M. Mulia, menyatakan bahwa dunia pelayaran sudah semakin terbiasa menghadapi berbagai gangguan. Ia pun melihat situasi saat ini bukan hanya tantangan, melainkan juga kesempatan untuk tumbuh.
Berikut kutipan wawancara dengan Bani M. Mulia pada segmen Focus on Infra di program Evening Up CNBC Indonesia, Selasa (22/04/2025).
Bagaimana pandangan Anda terkait dengan perang dagang yang saat ini terjadi antara Amerika Serikat dan juga China, khususnya dampaknya ke tarif impor?
Kalau menurut saya perang dagang justru membuat seru, jadi saya belum melihatnya dari sisi negatif, bahkan ada kemungkinan-kemungkinan positif, ada kemungkinan upside juga dari disruption.
Jadi sekarang mustinya industri pelayaran sudah semakin terbiasa dengan adanya gangguan atau disruption, semenjak yang paling bisa diingat adalah adanya pandemi COVID-19, dan nyatanya contoh terbesar pandemi COVID-19 itu malah justru menimbulkan efek positif terhadap industri pelayaran.
Juga yang beberapa krisis-krisis geopolitik yang terjadi beberapa tahun terakhir, misalnya ada peperangan Rusia-Ukraina, ataupun di Middle East, serangan-serangan dari teroris Hauti, itu juga memberikan sentimen positif.
Sekarang perang dagang yang diinisiasi oleh Trump Administration juga sama, justeru mematahkan statement menjadi upward pressure atau tekanan naik terhadap freight rate yang terjadi di perdagangan transpasifik.
Jadi saat ini, walaupun mungkin yang jelas pasti fluktuatif, makanya tadi kalau ditanya pendapat saya jadi seru.
Jadi tidak bisa diprediksi seperti business as usual.
Kalau jadi fluktuatif kan artinya sebenarnya tidak menentu, dan tidak menentu itu kan sebenarnya yang juga paling banyak tidak disukai oleh pengusaha. Tapi kenapa malah justru melihatnya ini sebagai peluang besar?
Ya kalau menentu tapi menentu turun kan juga kita nggak mau. Tapi kalau tidak menentu itu bisa turun, bisa naik, dan bisa stabil juga. Jadi tentu secara logika tidak ada orang yang wajar, normal, ingin bunuh diri. Mungkin acting biasa ya, orang yang acting ada di mana-mana. Saya beranggapan Donald Trump juga tidak akan mengorbankan nasib rakyat Amerika Serikat sendiri.
Jadi pasti akan ada strategi-strategi yang tentunya tujuannya bukan menciptakan resesi. Kalau memang apabila hasilnya akan terjadi resesi. Mungkin sementara.
Sejauh ini masih cenderung bluffing. Nah buktinya kemarin pasar saham turun, abis itu naik lagi. Dan itu kan juga dia kasih statement, kemudian ditarik lagi atau ditunda 90 hari. Jadi ada banyak kemungkinan kok dengan gaya dari Donald Trump ini.
Seperti gimmick ya?
Seperti gimmick. Yang sudah dirasakan, walaupun sebenarnya terhadap Indonesia kan masih belum berlaku.
Tapi apakah dengan sudah berlakunya ke beberapa negara lainnya, ini juga mempengaruhi volume pengiriman barang yang ditangani oleh PT Samudera Indonesia?
Nah sebagai contoh, di kuartal pertama 2025 ini, volume kita cukup stabil, bahkan lebih tinggi daripada kuartal pertama di tahun lalu, 2024. Jadi itu sudah menunjukkan suatu sign yang sangat positif, bahwa volume di Januari, Februari, Maret tidak lebih kecil daripada tahun 2024.
Dan freight rate juga tidak turun lebih rendah daripada tahun 2023, 2024 itu lebih rendah. 2023 lebih rendah, 2024 mungkin akan naik. Jadi kita masih bisa melihat berbagai kemungkinan sih.
Troughput Tanjung Priok juga kalau dilihat, itu masih lebih tinggi daripada tahun lalu. Data di akhir tahun 2024 dibandingkan tahun 2023, ataupun awal tahun sekarang dibandingkan year on year di kuartal pertama, masih naik kok, belum turun.
Bahwa ada kemungkinan apapun kita harus selalu siaga. Kalau kosong, kalau sampai sepi, kemarin Tanjung Priok tidak macet. Itu artinya masih terjadi pergerakan ekonomi di Tanjung Priok.
Apakah dengan adanya kejadian ini akan dilakukan diversifikasi rute?
Bagi perusahaan pelayaran, melakukan diversifikasi rute atau review dari efektivitas suatu rute itu hari-hari. Jadi memang setiap minggu kita review, setiap bulan kita review, dan kita harus siap untuk menyesuaikan dan beradaptasi terhadap naik turunnya volume.
Oke, berarti rute ini terus berubah tidak hanya melihat dari sentimen yang ada, tapi juga dari setiap minggunya memang akan selalu ada penyesuaian. Lantas apa juga yang dilakukan oleh perusahaan untuk merespon fluktuasi permintaan pengiriman kontainer?
Kita tentu menyesuaikan dari dua sisi. Kita juga saat ini kondisinya justru kapal itu masih sangat dibutuhkan. Kita juga sudah melihat pengumuman yang dilakukan oleh trade representatif dari Amerika Serikat yang ternyata kapal-kapal China yang dikenakan fee tinggi yang masuk ke sana adalah kapal-kapal yang size-nya di atas 4.000 TEUs ke atas dan di atas 50.000 SWT.
Artinya kapal-kapal yang di bawah 4.000 TEUS itu tidak dikenakan di sana. Jadi untuk shorter haul trade di sekitar Amerika ternyata aman. Dan kemudian itu juga tidak dilakukan bagi kapal-kapal balker, tanker, dan liquid cargo.
Jadi memang ketidakpastian atau ancaman bisa dampaknya bermacam-macam. Yang paling terkena fee yang tinggi memang kontainer dan car carrier yang dikenakan 150 dolar per unit mobil. Dan itu juga nanti ada beberapa yang ancamannya baru akan di-implement dalam tiga tahun ke depan. Jadi memang masih banyak kemungkinan. Nah itu Amerika.
Untuk Asia dan di dunia, kita di Indonesia menurut saya pasarnya tidak perlu terlalu khawatir karena kita juga punya pasar yang kuat dan besar. Jadi kalau saya menyesuaikan dirinya artinya kita selalu siap bagaimana mengalokasikan resources.
Dan saya yakin masih ada demand untuk resources yang kita punya.
Peluang apa yang mungkin bisa di capture oleh Indonesia khususnya di industri pelayaran ini?
Peluang bagi Indonesia tentunya relokasi dari beberapa manufacturing yang mungkin tadinya berpusat di China. Yang sangat ada bukan hanya kemungkinan sudah mulai bergerak ke beberapa negara ASEAN termasuk negara kita juga.
Sehingga itu jelas definitely adalah sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah dan juga dunia usaha agar semakin meningkatkan foreign direct investment yang masuk ke Indonesia.
Dan meningkatkan lapangan pekerjaan, investment, dan juga tentunya nantinya adalah flow cargo. Baik itu untuk domestic market maupun juga untuk pasar ekspor yang bisa bersumber dari negara kita.
Jadi tentu itu juga peluang bagi kami yang bermain di logistik dan pelayaran maupun pelabuhan dimana kita akan perlu meningkatkan kapasitas untuk mengangkut barang-barang tersebut.
Sebagai contoh kemarin Tanjung Priok berartikan tidak sesuai dengan kapasitasnya. Nah makanya kalau ada pelabuhan lain yang bisa menampung kapasitas yang berlebih itu, maka itu dibutuhkan.
Nah itu jelas itu adalah sentimen positif bagi dunia usaha?
Iya peluang.
