Butir-butir Pemikiran Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
Bandung, Mediatrans.id – Dalam sesi kuliah umum di Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyampaikan satu hal mendasar: zaman berubah cepat, dan organisasi yang tak mau berubah akan tertinggal—atau punah.
Ketika Ignasius Jonan berbicara, bukan sekadar teori manajemen yang keluar dari mulutnya, tetapi pengalaman konkret memimpin perubahan. Dalam kuliah umum di Universitas Katolik Parahyangan, Jonan
Pesannya jelas: transformasi bukan sekadar adopsi teknologi. Banyak lembaga terjebak pada “plug and play” digitalisasi, seolah software canggih bisa otomatis menyelesaikan masalah lama.
Padahal, akar dari transformasi adalah perubahan pola pikir, visi, dan struktur organisasi. “Digitalisasi tanpa perubahan mindset, hanya akan menghasilkan kegagalan yang lebih cepat dan mahal,” tegas Jonan.
Yang menarik, Jonan tidak menempatkan dirinya sebagai manajer teknis, melainkan pemimpin yang menginspirasi. Ia memahami bahwa manusia dalam organisasi tak bisa didorong hanya dengan target, tapi perlu diyakinkan bahwa mereka mampu berubah.
Ia menyebut, bahkan toilet bersih di stasiun adalah simbol peradaban dan titik awal reformasi yang konkret.
Lebih dari itu, ia menekankan pentingnya mendengarkan passion pegawai. Generasi muda kini bekerja tidak semata karena kebutuhan, tapi karena idealisme. Bila organisasi tak membuka ruang untuk hal ini, maka ia akan ditinggalkan. “Coba dengarkan mereka, bukan cuma perintah dari atas,” katanya.
Jonan juga mengkritik obsesi terhadap kompetitor. Ia mengajak institusi—baik pendidikan maupun bisnis—untuk lebih fokus pada pelanggan. “Kalau hanya berlomba dengan kompetitor, kita kehilangan arah. Dengarkan kebutuhan mereka yang kita layani,” pesannya, sambil menyentil PT Pos Indonesia yang tertinggal jauh dari Amazon.
Pesan Jonan terasa sederhana, namun menyentuh inti: pemimpin adalah agen perubahan, bukan hanya penjaga status quo. Mereka yang tak mampu menginspirasi, hanya akan jadi manajer yang sibuk menyesuaikan diri. Transformasi sejati, sebagaimana yang ia buktikan di PT KAI, dimulai dari atas, dijalankan dengan kesabaran, dan diukur dari hasil nyata, sekecil apa pun.
Dalam dunia yang makin cepat berubah, barangkali satu-satunya pilihan adalah bergerak atau tergilas. Dan pemimpin seperti Jonan mengingatkan kita: perubahan besar selalu dimulai dari keberanian untuk mendengar, percaya, dan bertindak. (Editor: Mulke)