Batam, Mediatrans.id – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China berdampak signifikan pada berbagai sektor global, termasuk industri penerbangan.
Namun, Batam Aero Technic melihat peluang di balik kondisi ini untuk mendorong pengembangan industri suku cadang pesawat dalam negeri.
Menurut Direktur Utama Batam Aero Technic, Daniel Putut Kuncoro Adi, perang dagang tersebut justru membuka kesempatan bagi produsen lokal untuk masuk ke dalam rantai pasok suku cadang pesawat.
“Kami melihat ada opportunity. Saat ini, 90 hingga 98 persen suku cadang pesawat masih diimpor. Dengan adanya pembatasan perdagangan, ini peluang untuk industri nasional ikut terlibat,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa selama ini pihaknya tidak mendapatkan fasilitas kebijakan dari regulasi terbaru seperti PMK 81/2024 dan Permendag 3/2024, sehingga harus berinisiatif mengembangkan industri dalam negeri.
Salah satu inisiatif konkret adalah memproduksi pelapis kursi pesawat bersama UMKM lokal. Produk ini sedang menjalani proses sertifikasi Part Manufacturer Approval dari Kementerian Perhubungan.
Mengenai kapasitas perawatan, Batam Aero Technic saat ini memiliki 23 line untuk perawatan besar kategori C dan D serta 2 line untuk pengecatan dan pembersihan. Pesawat yang dirawat meliputi jenis Airbus A330, A320, Boeing 737-800, serta ATR 72, termasuk pesawat dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan India.
Semua perawatan dilakukan setelah mendapatkan sertifikasi dari otoritas penerbangan negara asal pesawat.
Hingga 2024, nilai investasi Batam Aero Technic telah mencapai Rp1,15 triliun dari target Rp2,17 triliun pada 2029. Proyek ini telah menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja, dan ditargetkan mencapai 10.000 tenaga kerja serta 31 line perawatan pesawat pada akhir pembangunan.
“Perang dagang ini berdampak pada rantai pasok global, namun kami melihatnya sebagai peluang strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam industri aviasi,” tambahnya.* (Karnali Faisal)