Jakarta, Mediatrans.id – Tiga tahun sejak penggabungan (merger) Pelindo, banyak perubahan yang sudah dilakukan pengelola pelabuhan. Ini sejalan dengan semangat penyatuan empat entitas menjadi satu korporasi bukan semata soal restrukturisasi, melainkan upaya mendorong efisiensi logistik nasional, yang selama ini menjadi “PR” dalam meningkatkan daya saing Indonesia.
Data World Bank 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-63 dalam Logistics Performance Index, kalah dari negara ASEAN lain seperti Vietnam dan Thailand. Meski biaya logistik nasional telah turun menjadi sekitar 14% dari PDB, angka ini masih jauh dari ideal.
Dalam mata rantai logistik, pelabuhan berperan penting. Dalam satu kesempatan, sumber kami menyebutkan kontribusi pelabuhan terhadap biaya logistik sekitar 1,4%. Relatif kecil sebenarnya jika dibandingkan angka 14% total biaya logistik dari PDB.
Meskipun relatif kecil, Port Stay (waktu kapal bersandar) dan Cargo Stay (waktu barang menginap di terminal) juga harus tetap dipangkas.
Sebab, semakin cepat bongkar muat dan penyelesaian dokumen, semakin pendek waktu tersebut, dan (harapannya) biaya logistik bisa ditekan.
Pelindo, khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok, telah mengambil sejumlah langkah strategis: standarisasi layanan bongkar muat, digitalisasi proses terminal, penerapan sistem STID untuk truk, hingga pengoperasian akses tol Cilincing–Cibitung. Upaya ini bertujuan mempercepat arus barang dan memperlancar konektivitas dari pelabuhan ke kawasan industri.
Bagaimana dengan urusan dokumen?
seperti diketahui bersama, kelancaran arus barang di pelabuhan tidak hanya bergantung pada performansi terminal yang dikelola Pelindo, tetapi juga pada belasan kementerian/lembaga yang berurusan dengan pengurusan dokumen. Tanpa reformasi birokrasi dan sinkronisasi lintas instansi, efisiensi yang diupayakan di terminal rasanya sulit dijangkau.
Banyak yang sudah dilakukan Pelindo tak hanya di pelabuhan-pelabuhan utama, tapi juga pelabuhan-pelabuhan sedang maupun kecil di seluruh wilayah operasionalnya|. Misalnya saja keberhasilan Pelindo meningkatkan layanan pelabuhan-pelabuhan di Papua dari enam hari kerja menjadi tujuh hari kerja dalam seminggu, serta memangkas waktu Port Stay di Pelabuhan Pantoloan. Ini menjadi bukti bahwa transformasi bisa tercapai jika ada komitmen semua pihak.
Ke depan, mempercepat Port Stay dan Cargo Stay bukan hanya misi Pelindo, tapi juga agenda nasional. Masa depan logistik Indonesia, dan daya saing ekonominya, sangat bergantung pada kecepatan dan efisiensi layanan pelabuhan. (Berbagai sumber) * (Karnali Faisal)