Makassar, Mediatrans.id – Makassar kembali menegaskan posisinya sebagai gerbang utama Indonesia Timur. Dari Pelabuhan Soekarno Hatta, denyut distribusi kendaraan terus berpacu dengan laju pembangunan kawasan. Di titik strategis inilah PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) menghadirkan satelitnya di Makassar—sebuah simpul logistik yang menjadi urat nadi pengiriman kendaraan ke pelosok timur Nusantara.
“Jika melihat terus meningkatnya suplai kendaraan untuk mendukung pembangunan dan juga operasional pertambangan kawasan Indonesia Timur, kami sangat optimistis kinerja IPCC Satelit Makassar terus meningkat,” ujar Muhammad Ilhamsyah, ASM Komunikasi Perusahaan dan CSR IPCC, di Makassar, Senin (8/9).

Optimisme itu bukan tanpa alasan. Trafik bongkar muat kendaraan kian menggeliat. Setiap bulan, IPCC Satelit Makassar melayani rata-rata 7.000–8.000 unit kendaraan, mulai dari Completely Built-Up (CBU), truk, hingga alat berat. “Rata-rata penumpukan hanya 1 sampai 3 hari. Dengan pola ini, produktivitas bongkar muat kendaraan terus meningkat,” jelas Azhar, Wakil Koordinator Lapangan IPCC Satelit Makassar.
Untuk memperkuat layanan, IPCC menyiapkan langkah ekspansi signifikan. Lahan seluas 6 hektare di area dermaga akan dijadikan dedicated area untuk bongkar muat kendaraan. Saat ini, terminal tersebut baru mengoperasikan lahan 1,1 hektare dengan kapasitas simultan 810 kendaraan.
Tak hanya soal lahan, IPCC Satelit Makassar juga ditopang fasilitas modern: dermaga khusus kapal Ro-Ro, gedung parkir tiga lantai berluas 10.807,5 m², serta lapangan penumpukan seluas 6.950 m² (Lapangan 103) dan 4.050 m² (Lapangan 301). Total kapasitas simultan mencapai 810 kendaraan, menjadikan terminal ini sanggup menangani arus volume tinggi sekitar 7.000 unit per bulan.
“IPCC Satelit Makassar menjadi bukti komitmen kami dalam memperkuat jaringan logistik nasional dan memberikan layanan terbaik untuk pelanggan di kawasan Indonesia Timur,” tegas Ilhamsyah.
Sebagai catatan, IPCC telah mengoperasikan terminal satelit di Jakarta, Belawan, Balikpapan, Banjarmasin, dan kini Makassar. Kehadiran Makassar bukan sekadar menambah daftar, melainkan mengukuhkan episentrum logistik otomotif di timur negeri—sebuah pijakan penting dalam membangun konektivitas maritim Indonesia yang lebih tangguh.* (Karnali Faisal)












