DI TENGAH SUASANA ALAM DANAU SINGKARAK yang tenang, lahir seorang anak bangsa yang kelak akan menaklukkan gelombang samudra dan tantangan politik negeri ini. Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar Dt. Sutan Majo Lelo, bukan hanya nama yang dikenal sebagai pelaut ulung, namun juga sosok yang kini menjadi inspirasi ribuan orang dari kampung halaman hingga senayan.
Lahir pada 11 Maret 1962 di Singkarak, Sumatera Barat, Epyardi tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, seorang kusir bendi, dan ibunya, ibu rumah tangga, membesarkan sebelas anak dengan penuh perjuangan. Sejak kecil, Epyardi terbiasa membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kue, ikan danau, hingga buah-buahan.
Namun, garis hidupnya berubah ketika ia memutuskan merantau ke Semarang dan menempuh pendidikan di Pendidikan Perwira Pelayaran Besar (P3B). Dunia pelayaran membentuknya menjadi pribadi tangguh. Di balik kemilau kapal-kapal asing yang ia nahkodai, tersimpan kisah pengorbanan dan tekad baja.
Selama bertahun-tahun, ia bekerja di lautan internasional, bahkan pernah menghadapi perompakan di Laut China Selatan. Peristiwa itu nyaris merenggut nyawanya, namun sekaligus menjadi titik balik spiritual yang mempertebal kepercayaannya kepada Tuhan.
“Semua yang saya capai berawal dari tekad untuk mengubah hidup saya dan keluarga,” ucapnya suatu ketika.
Hal itu dibuktikan dengan memberangkatkan kedua orang tuanya naik haji dari gaji pertamanya bekerja di kapal.
Setelah puluhan tahun bekerja di laut, Tahun 1996, Epyardi memutuskan menepi dari gelombang samudra dan menambatkan hatinya di dunia bisnis.
Ia mendirikan berbagai perusahaan pelayaran, bongkar muat, hingga properti. Namun jiwa sosialnya tak pernah padam. Ia aktif dalam organisasi dunia usaha dan memimpin Perhimpunan Pengusaha Bongkar Muat Indonesia (PPBMI).
Tak cukup di situ, pada 2004, Epyardi terjun ke dunia politik lewat Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia dipercaya masyarakat Sumatera Barat untuk duduk di DPR RI selama tiga periode. Perjalanan politiknya terus berlanjut dengan menjabat sebagai Bupati Solok periode 2021–2025.
Dalam perannya sebagai wakil rakyat, Epyardi gigih memperjuangkan kepentingan masyarakat maritim dan pembangunan desa. Ia juga dikenal kritis terhadap regulasi yang dianggap merugikan pelaku usaha nasional.
Kehidupan pribadi Epyardi pun tak kalah harmonis. Bersama istrinya, Emiko, ia dikaruniai enam anak, salah satunya Athari Ghauti Ardi, yang juga menapaki dunia politik dan berkiprah di Senayan.
Kisah Epyardi adalah bukti bahwa kerja keras, keyakinan, dan keberanian untuk bermimpi besar mampu mengubah nasib siapa pun. Dari Singkarak hingga Senayan, dari dek kapal hingga ruang sidang parlemen, langkahnya menginspirasi — bahwa tak ada gelombang terlalu besar bagi mereka yang berani berlayar. (Karnali Faisal/Berbagai sumber)