Banjarmasin, Mediatrans.Id – DI TENGAH hiruk-pikuk aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Banjarmasin, sebuah semangat baru sedang tumbuh. Bukan sekadar tentang logistik atau efisiensi operasional, melainkan tentang keselamatan, kesehatan, dan martabat para pekerja yang selama ini menjadi tulang punggung pelabuhan.
PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), subholding dari BUMN Kepelabuhanan Pelindo, meluncurkan program bertajuk Pelindo Zero Accident Port (PELOPOR) di Lapangan LC002, PT Multi Terminal Indonesia Cabang Banjarmasin. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan, khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan (K3L).
Tujuan utama PELOPOR adalah sederhana, namun bermakna besar: menciptakan pelabuhan tanpa kecelakaan. Program ini menyasar langsung para Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), yang sehari-hari berhadapan dengan risiko tinggi di lingkungan kerja. Melalui edukasi K3, pembagian alat pelindung diri (APD), hingga penyediaan fasilitas pemeriksaan kesehatan, PELOPOR mencoba mengubah budaya kerja di pelabuhan menjadi lebih sadar keselamatan.
“Penerapan budaya HSSE (Health, Safety, Security & Environment) adalah tanggung jawab semua pihak—baik internal perusahaan maupun mitra kerja,” ungkap Retno Soelistianti, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis SPSL. “Lewat PELOPOR, kami ingin menanamkan kesadaran bahwa keselamatan bukan sekadar aturan, tapi budaya.”
Program yang sebelumnya sukses digelar di Pelabuhan Makassar pada Oktober 2024 ini kini menjangkau Banjarmasin, wilayah strategis yang menjadi pintu gerbang logistik Kalimantan Selatan. Kehadirannya pun disambut hangat oleh berbagai pihak. Dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Dinas Ketenagakerjaan, hingga asosiasi logistik dan mitra kerja Pelindo, semua turut hadir dalam kegiatan yang sarat kolaborasi ini.
Adi Affandi, perwakilan dari KSOP Kelas I Banjarmasin, menyebut program ini sebagai langkah konkret dalam mendorong transformasi pelabuhan menuju era yang lebih modern dan kompetitif. “Kesejahteraan tenaga kerja adalah pondasi dari pelabuhan yang berdaya saing. Semoga PELOPOR menjadi momentum penting menuju pelabuhan yang aman dan produktif.”
Lebih dari sekadar program sosial, PELOPOR juga menjadi bagian dari komitmen SPSL terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-8: pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Retno menegaskan bahwa keberhasilan program ini di Banjarmasin diharapkan menjadi inspirasi bagi pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.
“Kami percaya, pelabuhan tanpa kecelakaan bukanlah utopia. Dengan sinergi dan kesadaran bersama, itu bisa dicapai. Dan Banjarmasin, hari ini, telah mengambil langkah pertama yang penting menuju ke sana,” pungkasnya.(Rel/Karnali Faisal)