Jakarta, Mediatrans.Id – Dengan sikapnya yang ramah dan lugas, Tri Andayani, Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), berbagi perjalanan hidup yang penuh inspirasi.
Lahir dan besar di Jakarta dari keluarga asal Solo, Andayani kecil sudah ditempa dengan berbagai kursus sejak usia dini: piano, berenang, menggambar, hingga bernyanyi. Pendidikan keras dari kedua orang tuanya membentuk mentalitas tangguh yang menjadi bekal penting dalam menapaki karier panjangnya.
Meskipun anak bungsu, Andayani tak tumbuh manja. Ia terbiasa mandiri dan berani keluar dari zona nyaman. Saat memutuskan melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia menginginkan lebih dari sekadar gelar — ia mencari nilai kemandirian dan rasa kebersamaan yang sulit ditemukan di hiruk pikuk Jakarta.
“Saya ingin melatih kemandirian. Di Jakarta semua sudah serba nyaman. Kalau terus di sana, saya tidak akan berkembang,” kisahnya dikutip dari kanal siniar digital alumni UGM.
Pilihan kuliah di UGM juga mempertemukannya dengan nilai-nilai “guyub rukun” yang menjadi ciri khas almamater tersebut. Nilai kekeluargaan inilah yang ia bawa dan terapkan dalam kepemimpinannya di dunia profesional.
Dalam dunia kerja, adaptasi dan semangat belajar menjadi bekal utama. Meski berlatar belakang ekonomi, karier Andayani justru banyak membawanya ke bidang operasional, farmasi, bahkan kini transportasi laut.
Ia percaya bahwa kunci keberhasilan bukanlah menguasai semua hal secara teknis, tetapi memahami konsep, cepat beradaptasi, dan membuka diri terhadap perubahan.
“Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Yang ada hanya mau atau tidak mau,” tegasnya.
Transformasi
Di Pelni, Andayani menjalankan misi besar: transformasi bisnis, transformasi SDM, dan transformasi IT. Fokusnya sederhana namun krusial — meningkatkan kenyamanan pelanggan. Ia membenahi sistem pembelian tiket, memperbarui sistem pendingin kapal, hingga merombak fasilitas toilet di kapal-kapal Pelni.
“Kita harus memperlakukan pelanggan sebagaimana kita ingin diperlakukan,” ujarnya.
Bagi Andayani, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari pencapaian bisnis, tetapi juga dari dampak nyata kepada masyarakat. Karenanya, sebagai Ketua KAFEGAMA MM (Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi Gajah Mada Magister Manajemen), ia juga mendorong alumni untuk terus berkontribusi bagi bangsa, terutama melalui pendidikan dan pembangunan karakter generasi muda.
“Komunikasi antar generasi itu penting. Kalau tidak terjalin, kontribusi kepada bangsa bisa menurun,” tuturnya.
Berkat kombinasi nilai kerja keras, kemandirian, dan kepedulian sosial yang ia pegang teguh sejak kecil, Tri Andayani kini membuktikan bahwa menjadi luar biasa bukanlah soal keberuntungan, melainkan hasil dari pilihan dan perjuangan panjang.* (Karnali Faisal)