Jakarta, Mediatrans.id – Di tengah ketidakpastian global, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) kembali menegaskan pentingnya asas cabotage sebagai pilar utama dalam menjaga kedaulatan negara sekaligus memperkuat daya saing pelayaran nasional. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum DPP INSA, Carmelita Hartoto, dalam Media Gathering Road to The 1st Indonesia Maritime Week (IMW), Minggu (4/5/2025).
IMW 2025 disebut sebagai konferensi maritim terbesar dan paling bergengsi di Indonesia yang menjadi platform strategis untuk menampilkan potensi industri maritim nasional di mata dunia. “Melalui IMW, kita ingin menempatkan Indonesia sebagai pemain strategis dalam maritim global yang berdaya saing tinggi,” ujar Carmelita.
Menurutnya, pelayaran nasional saat ini telah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena mampu melayani seluruh rute pelayaran domestik antar-pulau. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa tantangan eksternal seperti gejolak geopolitik, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat harus terus diantisipasi.
“Fluktuasi rupiah dapat menambah beban biaya operasional karena banyak komponen kapal masih impor, dan beban utang usaha dalam mata uang asing juga meningkat,” katanya.
Carmelita juga menegaskan bahwa asas cabotage bukan sekadar aturan ekonomi, melainkan bagian dari menjaga kedaulatan maritim nasional. Ia meminta seluruh kementerian dan lembaga untuk konsisten memperkuat asas ini. “Negara maju seperti AS dan Jepang juga menerapkan asas cabotage secara ketat, dan Indonesia harus mengambil pelajaran dari itu,” tambahnya.
Sebagai Ketua Federation of ASEAN Shipowners’ Association (FASA) dan Asian Shipowners’ Association (ASA), Carmelita menyampaikan pentingnya peningkatan daya saing pelayaran nasional agar dapat menembus pasar regional dan global serta mengurangi dominasi kapal asing di rute ekspor-impor Indonesia.
Carmelita mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan pelayaran Indonesia telah mampu masuk pasar internasional, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Menurutnya, daya saing hanya bisa ditingkatkan jika seluruh ekosistem maritim bersatu, termasuk dukungan pendanaan berbunga rendah, reformasi perpajakan, serta penguatan SDM pelayaran.
Terkait SDM, Carmelita mendorong kru kapal Indonesia meningkatkan kompetensi agar mampu bersaing dengan tenaga pelayaran asal Filipina dan India yang kini mendominasi pasar global. “Saat ini kru Indonesia mulai dilirik secara global. Ini peluang yang harus kita kejar bersama,” ujarnya.
Ia berharap Indonesia Maritime Week 2025 menjadi momen untuk memperkuat sinergi antara pelaku industri, regulator, lembaga pendidikan pelaut, dan pemangku kepentingan lainnya guna menjawab tantangan bersama di sektor pelayaran nasional.*(MT-01)