Jakarta, Mediatrans.Id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal I-2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 5,11 persen. Bahkan secara kuartalan, ekonomi nasional mengalami kontraksi 0,9 persen (qtq) jika dibandingkan kuartal IV-2024.
“Ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,87 persen pada kuartal I-2025,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).
Amalia menjelaskan bahwa kuartal pertama umumnya menunjukkan tren melambat dibandingkan kuartal akhir tahun sebelumnya. Meski demikian, penurunan ini menjadi sinyal peringatan bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan Tak Merata, Tambang Negatif
BPS mencatat bahwa hampir seluruh sektor lapangan usaha tumbuh positif, kecuali sektor pertambangan yang mengalami penurunan. Adapun sektor dengan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi.
“Kelima sektor tersebut menyumbang 63,96 persen terhadap PDB nasional,” ujarnya.
Dari sisi sumber pertumbuhan, pertanian menjadi penyumbang tertinggi sebesar 1,11 persen, disusul industri pengolahan (0,9 persen), perdagangan (0,66 persen), dan informasi dan komunikasi (0,53 persen).
Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang, Investasi dan Impor Melemah
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89 persen, tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dengan kontribusi 54,53 persen terhadap PDB. Pertumbuhan ini didorong oleh momen liburan dan Lebaran Idulfitri.
Sebaliknya, investasi (PMTB) hanya tumbuh 2,12 persen dan konsumsi pemerintah justru terkontraksi 1,38 persen. Ekspor naik signifikan sebesar 6,78 persen, terutama didorong oleh ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara, sementara impor turun 3,96 persen, mencerminkan pelemahan permintaan domestik.*(MT-02/MT)